Lalu lalang kendaraan memekakkan telinga ku.
Sampai aku mendengar suara berat dibelakang ku, "Ayo taruhan dengan ku" ucapnya.
Diriku menoleh, tapi tak ada siapapun. Tetapi, ada satu lembar kertas lusuh yang jatuh di trotoar tempat ku berdiri.
Tanpa pikir panjang aku ambil kertas itu. Langkahku pelan, kembali ke apartemen ku.
Tuk tuk tuk
Dentang jam berbunyi menandakan sudah tengah malam.
Aku belum bisa terlelap sejak tadi.
Mataku tertuju pada kertas yang aku bawa tadi, perlahan aku mengambilnya dan membuka lipatan di kertas itu.
Ada banyak bentuk disana, mulai lingkaran, trapesium hingga bentuk hati.
Aku tidak mengerti apa yang harus ku lakukan, disana tertulis SELECT ONE SHAPE.
Tapi, bagaimana caraku memilih? Apa harus mencoret, atau melingkarinya.
Di tengah kebingungan ku, aku membalik kertas itu.
Disana tertera nomor telepon.
Aku tidak tahu haruskah aku menghubungi nomor itu,atau hanya membiarkan nya saja.
Sampai aku kehilangan ide dan akhirnya menghubungi nomor itu
Satu kali percobaan tak terjawab. Sampai aku mencoba nya 3 kali, dan akhirnya diangkat.
Tapi tak ada suara manusia disana, hanya ada suara mesin yang bekerja.
Aku tak terlalu memikirkan hal itu, dan akhirnya satu suara muncul,
"ikutilah aku, dan tentukan nasib mu".
Lalu seketika saja lampu rumahku mati, padahal tagihan listrik baru aku bayar seminggu lalu.
Tiba tiba seolah ada keajaiban terjadi, tubuhku berpindah ke sebuah ruangan yang luas.
Bau dari besi dan mesin menusuk indra penciuman ku.
Kupikir aku berhalusinasi, tapi itu terlalu nyata.
Belum sempat diriku mencerna apa yang terjadi, muncul bentuk bentuk yang tertera di kertas yang aku baca tadi.
Tulisan yang sama muncul lagi diatas bentuk bentuk itu. .
Tapi, kali ini ada tulisan lain dibawahnya : "TO DETERMINE YOUR NEXT FATE."
Menentukan nasib? Aku tak tahu apa maksudnya.
Sebelum benar benar memilih, terdengar gesekan tongkat dan langkah kaki.
Pelan, namun serasa menusuk di hati.
Belum sempat diriku menoleh, seseorang itu menjentikkan jarinya.
Dan singkat saja, dirinya sudah di depanku.
Aku tahu dia lelaki, tapi aku tidak tahu wajahnya.
Topeng kelinci hitam menutupi wajahnya, tapi aku bisa lihat dia mempunyai bola mata merah.
"Kau mau pulang?" Tanya nya dingin, aku tidak tahu itu pertanyaan atau ancaman.
Tapi jelas diriku mengangguk, mana mungkin aku mau disini lebih lama.
Lalu dia mengeluarkan dua besi, berbentuk segitiga dan lingkaran.
"Pilih satu, dan nasib mu akan ditentukan." Ucapnya, sembari menyodorkan dua besi itu.
Aku tahu insting ku memilih segitiga, tapi tanganku memilih lingkaran.
Saat tahu aku akan mengambil lingkaran, senyum sinis terbentuk di bibir orang itu.
Takut, itu yang ku rasakan. Akhirnya aku menuruti insting ku dengan mengambil bentuk segitiga.
Sesaat setelah itu, dia berbicara lagi.
"Kau menang taruhan denganku, kawan".
Ucapnya sambil melempar bentuk lingkaran.
Aku tahu suara itu, suara yang sama seperti saat sebelum aku menemukan kertas lusuh itu.
Lalu, tiba tiba ruangan itu gelap gulita.
Dan begitu aku terbangun, aku sudah kembali di kamarku.
Matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya.
Dan diriku terdiam di atas ranjang ku.
Jujur saja, aku belum bisa mencerna apa yang baru terjadi padaku.
Tapi aku tidak mau terlalu memikirkan nya.
Aku ambil kertas lusuh diatas meja dan membuangnya.
'bagaimana jika seandainya aku memilih lingkaran?' gumamku sambil membuka tutup tempat sampah.
Ah, sudahlah. Itu sudah berlalu.
Walaupun di benakku masih terbayang kata kata dari orang itu.
"Kau menang taruhan dariku, kawan."
Dan begitulah, hari ku dimulai dengan bayangan yang masih tentang semua yang terjadi, tentang taruhan, kertas lusuh itu, dan bentuk lingkaran yang tidak jadi aku pilih. Tapi aku tahu, aku beruntung memilih segitiga itu.
@The idea of: arthea oralynn.