🔔 Aktifkan notifikasi disini Hubungi Kami

jejak langkah di tepi pantai

leaa
pagi di tepi pantai selalu memiliki pesona tersendiri. matahari baru saja memanjat dari peraduannya, menyebarkan cahaya lembut yang merona di permukaan air laut. angin berhembus dengan ritme yang menenangkan, dan ombak menyapa pantai dengan suara yang merdu. di sebuah sudut, di bawah pohon kelapa yang melengkung, ada seorang pria muda bernama Dipta yang duduk dengan kamera tua di tangannya. ia sudah lama memilih pantai ini sebagai tempat untuk merenung, menulis, atau sekadar mengamati kehidupan. tidak banyak orang yang datang pagi-pagi seperti ini, hanya mereka yang mencari kedamaian atau yang ingin menemukan sesuatu yang tersembunyi. dan Dipta selalu merasa bahwa dunia di sini lebih nyata lebih sederhana namun penuh makna. pagi itu, seorang gadis bernama Aruna datang berjalan di sepanjang garis pantai. ia mengenakan gaun putih yang melambai-lambai tertiup angin, rambut panjangnya terurai bebas seperti helaian awan yang menari di langit. langkahnya pelan, seakan ia sedang menari dengan waktu yang terus bergerak. Dipta memperhatikan Aruna dari kejauhan, menyadari bahwa setiap gerak tubuhnya tampak seperti bagian dari keindahan alam yang lebih besar. tanpa berpikir panjang, Dipta meraih kameranya, mencoba menangkap momen itu momen di mana seseorang menjadi bagian dari keindahan yang tak terungkapkan. Aruna menyadari kehadiran Dipta ketika ia lewat di depannya. tersenyum tipis, Aruna berkata, “kau suka mengambil gambar orang asing?” Dipta terkejut, namun senyumnya lebar. “tidak, aku lebih suka menangkap momen yang tak terduga. momen seperti ini.” ia menunjuk ke arah langit yang memudar dengan warna merah muda dan biru. Aruna mengangguk, tampaknya mengerti. “tapi kadang, momen seperti itu hanya bisa dinikmati oleh diri sendiri, bukan?” ia berkata sambil melangkah lebih dekat. Dipta menatapnya, lantas memotret sekali lagi. “tapi jika ada seseorang yang bisa mengerti keindahan itu, maka momen itu tidak hanya milik satu orang saja.” Aruna terdiam, memandang ombak yang pecah di kaki mereka. “mungkin,” katanya, “tapi kadang keindahan justru ada di dalam hening, di dalam ketidaktahuan.” Dipta tidak menjawab, hanya melangkah mendekat dan mengamati jejak-jejak langkah mereka yang tertinggal di pasir. bersama-sama mereka berdiri, membiarkan waktu berhenti sejenak di bawah langit yang terus berubah. hanya ada mereka, suara ombak, dan angin yang berbisik lembut. di sana, di tepi laut yang tak pernah berhenti mengalirkan kisah-kisahnya, dua orang yang saling diam berbagi keindahan yang tidak perlu dijelaskan.

Mau donasi lewat mana?

TMRW - Rinal Nauli Siagian (7363-7120-81)

BRI - Rinal Nauli Siagian (44040-10111-86508)

BCA Blu - Rinal Nauli Siagian (0005-8092-3399)

JAGO - Rinal Nauli Siagian (1000-3433-2320)

SEABANK - Rinal Nauli Siagian (9013-4949-0989)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Posting Komentar

Popular Emoji: 😊😁😅🤣🤩🥰😘😜😔😪😭😱😇🤲🙏👈👉👆👇👌👍❌✅⭐
Centang Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi ketika komentar kamu sudah di jawab.
Parse:

Gambar Quote Pre Kode


  • Home


  • Follow


  • MENU


  • Share


  • Comment
Cookie Consent
Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi Anda, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Harap sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.